" Pagi ini aku kembali menyentuh mesin ketikku, terdiam sembari membaca dan meminum kopi. Aku masih saja mengingat tulisan teman dalam facebooknya, sepertinya hampir sama dengan apa yang aku tulis tadi malam. Berfikir tentang keberadaan budaya dan agama yang saling terkait dan berkaitan. Tidak dapat ku pungkiri bahwa aku hanya manusia biasa yang masih binggung dengan keberadaanNya. "Sebenarnya siapa Dia ?" Apa yang kami percaya belum sesungguhnya aku mengerti. Aku bukan seorang atheis yang netral. Antara sejarah masa lalu dengan kepercayaanku, kepercayaannya, dan kepercayaan mereka, semua hampir saling berhubungan. Bahkan ajaran yang mereka ajarkan tentang ajaran dharma membuatku tersentuh. Lalu mana yang disebut dengan kepercayaan ? Aku masih saja membandingkan dan mencarinya. Masih saja mata ini tertuju untuk membaca sejarah perkembangan agama. Tentu sekarang ini yang aku fikirkan adalah "bukankan semua aturan Tuhan dituliskan dalam kertas melalui manusia ?" sepele tetapi otakku seakan tak sanggup memikirkannya. Budaya melanggar dan mengabaikan sudah saja menjadi rutinitas dalam kehidupan sehari - hari di dunia ini. Siapa yang mau menyangkal ini ? bahwasanya ada saja yang menyadari bahwa ucapan ini benar.
Aku merasa nyaman ketika bau wewangian alam hadir kedalam ruanganku. Seperti saat aku merasakan hidup dan bersentuhan dengan alam, alam yang dengan keramahannya mengajariku untuk mengenal lebih jauh tentang kehidupan dan keheningan. Disanalah aku belajar untuk menghargai dan berterimakasih kepada Sang Pencipta. Aku selalu merindukan tempat itu, tempat dimana aku menghargai mereka yang sedang berdoa. Dua keyakinan berbeda yang sangat membuatku tersentuh. Dia dan Mereka yang telah mengajarkanku akan banyak hal. Mutiara hidup manusia jawa....
Kehidupan pewayangan yang hampir sama dengan kehidupan manusia dalam pikiranku. Ya.. ini memang kenyataan yang diukir dalam kulit dan diawetkan menjadi sebuah wayang. Pada zamannya, dia mengajarkan bagaimana kami harus bersikap. Seiring berjalannya waktu, kulit keriputnya tak lagi dilirik oleh kami manusia modern. Sebenarnya dialah yang tampak sedemikian sempurnanya hingga tidak seorangpun mampu mengubah jalan cerita yang telah dibacakan oleh seorang dayang sekalipun. Dalam satu garis kepercayaanpun dia tidak pernah berganti cerita. Dia masih sama dengan kenaturalannya mengajarkan kami mengenai dharma. Ini tentu bukan sebuah keyakinan tapi ini adalah sebuah sejarah dan juga ajaran dalam kehidupan itu sendiri.
Lalu bagaimana aku bisa menarik kesimpulannya ? ... Bukankah ini sangat sulit sekali untuk dibedakan ? Sebagian dari mereka sering saja salah dalam mengartikannya. Ajaran adalah Ilmu bekal, dan Keyakinan adalah perasaan percaya akan suatu Dzat yang setiap orang akan mempunyai pendapat berbeda untuk mengartikannya. Tak jarang dalam acara forum masih saja mereka yang berlainan mengunjingkan apa yang sesungguhnya bukan hak mereka di muka umum. Slentingan dari kelompok satu kepada kelompok lain tak ubahnya sebagai bahan untuk mendapatkan simpatik saja. Boleh saja terjadi, itu hak mereka. Tetapi fikirkan, kita bersaudara... jangan hancurkan persaudaraan yang terjalin indah ini dengan noda yang kalian ucapkan. Sungguh aku merasa iba kepada manusia ini. Dia tidak mempunyai kreatifitas dan topik untuk bercakap - cakap di muka umum. Maaf, ini adalah intermezo didalam otakku. Bukan berarti aku menghina siapa aku dengan keyakinan yang aku sendiri tidak mengetahuinya.
Ini sama sekali tidak ada keterkaitan anatara isi dan judul. Hanya saja aku menulis dengan emosi dan penglihatan mata saat aku meminum secangkir kopi susu. Begitu nikmatnya tulisan ini.. "hanya aku yang memujinya".. Tak ubahnya sebuah karya yang tolol namun begitu manis. Sependek otakku yang tidak akan pernah menghasilkan ide brilian. "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar